KELUARGA

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Menurut Salvicion dan Ara Celis dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :

-    Unit terkecil dari masyarakat,

-    Terdiri atas 2 orang atau lebih,

-    Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah,

-    Hidup dalam satu rumah tangga,

-    Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga,

-    Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga,

-    Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing,

-    Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan,

Keluarga merupakan cikal bakal wajah peradaban. Baik buruknya masyarakat bisa dinilai dari profil-profil keluarga didalamnya. Belakangan ini kita dapat mengamati apa yang membuat sebuah keluarga itu retak. Kalo dipikir-pikir, keluarga itu kan ikatan yang sangat kuat. Orang-orang didalamnya dipertemukan oleh Tuhan bukan tanpa sebab, sudah ada pertimbangan menurut ukuran-Nya. Komposisinya tidak bisa digantikan oleh yang lain. Pernikahan yang menjadi awal sebuah keluarga pun selalu direalisasikan dalam perhelatan yang agung nan meriah. Akan tetapi oh akan tetapi…banyak sekali terdengar cerita perceraian atau keluarga yang ‘berantakan’ tapi belum masuk tahap perpisahan. Hal ini disebabkan karena banyak manusia yang tidak memahami arti sebuah keluarga. Mereka hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan kesenangan-kesenangan hidup duniawi. Slogan-slogan mereka adalah memuaskan hawa nafsunya, “Yang Penting Puas”. Prinsip dan misi mereka adalah bagaimana mereka dapat menikmati kehidupan, seakan-akan mereka tumbuh dari biji-bijian, kemudian menguning dan mati tanpa ada kebangkitan, perhitungan dan hisab.

Arti sebuah keluarga adalah saling memiliki, saling percaya, saling menghormati, saling melindungi dan saling berbagi rasa, saling menjaga kehormatan serta saling menjaga rahasia diantara Ayah, Ibu, Anak, kakak dan adik.

Berkaitan dengan upaya membangun keluarga bahagia, tiga hal yang penting berhubungan dengan itu adalah bagaimana merenda keluarga bahagia, bagaimana menjadi wanita idaman dalam keluarga, dan bagaimana menjadi orang tua yang cerdas dan efektif. Untuk mampu merenda keluarga bahagia, perlu berbagi peran dengan adil antara suami dan istri, berusaha mengatasi krisis keluarga dan mengukuhkan integritas keluarga. Sesungguhnya kunci untuk para pasangan merasa bahagia adalah mereka puas dengan rencana mereka tentang pekerjaan dan tugas-tugas rumah tangga, dan merasa bahwa kontribusi tiap pasangan adalah pantas. Oleh karena itu, pekerjaan keluarga dan tugas rumah tangga tidak dapat dibagi rata antara suami dan istri, tetapi bidang kerja itu dirasakan pantas.

Pepatah Tiongkok lama mengatakan keluarga adalah mutiara. Begitu berharganya nilai sebuah keluarga sehingga dia disamakan dengan mutiara. Karena dari sebuah keluargalah kita lahir, tumbuh dan dewasa. Sehingga begitu dalam makna keluarga yang harus kita patrikan didalam hati kita kelak dan selamanya. Kadangkala kita dengan alasan kerja mengabaikan keluarga kita, suami, istri, orang tua ataupun anak-anak kita. Namun kita lupa bahwa sesungguh kebahagiaan sejati bukan hanya diukur dari materi namun dari kehangatan sejati yang kita peroleh dari saling berbagi dalam kebersamaan sebuah keluarga. Kita boleh bersosialisasi dengan orang diluar keluarga kita namun alangkah bijaknya jika kita juga bisa meluangkan sedikit waktu kita yang berharga untuk memberikan curah kasih pada keluarga kita.

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

  1. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
  2. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
  3. Sosialisasi antar anggota keluarga.
  4. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
  5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
  6. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
  7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Fungsi dari keluarga :

·         keluarga sebagai pusat pendidikan

Kita semua tahu bahwa anak dilahirkan oleh seorang ibu dalam keluarga. Di keluargalah kemudian anak itu dibimbing, dididik oleh kedua orang tua dan anggota keluarganya sampai pada usia dewasa. Pendidikan terhadap anak di keluarganya merupakan pendidikan pertama dan utama, dalam arti bahwa anak menerima pendidikan yang pertama adalah di keluarganya, yang merupakan dasar bagi pendidikan berikutnya. Pendidikan keluarga adalah pendidikan utama, artinya pendidikan di keluarganyalah yang paling menentukan kepribadian anak ketika ia dewasa. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan, pendidikan usia dini disebut dengan “Golden Age” atau masa keemasan, dimana di umur 3 – 7 tahun menjadi masa pendidikan yang paling menentukan bagi perkembangan anak pada masa-masa remaja dan masa dewasa. Fungsi keluarga sebagai pusat pendidikan ini sangat penting dalam menentukan kepribadian dan masa depan anak. Bapak, ibu dan anggota keluarga yang mampu menjadi panutan dan uswah bagi anak-anaknya di dalam keluarga, akan mampu menciptakan anak yang sholeh dan sholehah. Sebaliknya bagi orang tua dan anggota keluarga yang tidak harmonis, selalu terjadi pertengkaran dalam rumah tangga, maka akan secara otomatis menjadikan anak tidak mendapatkan kebahagiaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka dewasa. Di dalam keluarga dapat kita tanamkan berbagai nilai yang menjadi landasan bagi anak pada kehidupannya kelak. Nilai-nilai tersebut antara lain : nilai kejujuran, nilai kedisiplinan, nilai kepekaan sosial, nilai agama, nilai kesopanan, nilai kemandirian, nilai menghargai orang lain, nilai menghargai estetika, dan nilai-nilai yang lain. Begitu pentingnya pendidikan dalam keluarga bagi anak, tentu hal ini wajib diketahui dan dipahami bagi orang tua yang menginginkan putra-putrinya menjadi anak yang sukses dalam kehidupannya kelak. Fungsi keluarga sebagai pendidik akan menjadi problem ketika fungsi tersebut tidak fungsional, baik karena ketidakfahaman fungsi keluarga maupun salah satu dari anggota keluarga (bapak-ibu) berada di luar rumah untuk bekerja baik di dalam maupun luar negeri. Ketidakfahaman akan fungsi pendidik bagi orang tua akan berdampak negative bagi anak meskipun orang tua berada di tengah-tengah keluarga. Banyak sekali contoh anak-anak menjadi nakal, bandel karena tidak pernah mendapat kasih sayang orang tuanya. Apalagi jika salah satu orang tua berada di luar negeri. Fungsi pendidikan dalam keluarga, meskipun menjadi tanggung jawab suami istri, namun sebetulnya ibu lebih berperan dari pada ayah. Sebab budaya ketimuran lebih menekankan seorang suami bertanggung jawab mencari nafkah, sedangkan seorang istri mengatur manajemen keluarga termasuk pendidikan anak. Tidak terbayang bagi kita, jika seorang ibu berada di luar negeri sedangkan bapak berperan sebagai ibu rumah tangga mencari nafkah dan mendidik putra. Secara psikologis, bapak tidak begitu sabar dalam mendidik jika dibanding dengan seorang ibu. Oleh karena itu wajar jika banyak anak menjadi nakal, anak-anak bermasalah, ketika ditinggal oleh ibu yang sedang bekerja di luar negeri.

·         Keluarga sebagai pusat rekreasi.

Ibarat perahu, keluarga adalah tempat berlabuh sebelum berlayar kembali. Kita faham bahwa sekarang ini untuk bisa survive dalam hidup, keluarga harus bekerja keras, banting tulang untuk menghidupi keluarga. Tidak jarang kedua orang tua bekerja mancari nafkah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dan pendidikan bagi putra- putrinya. Sehabis bekerja tentu pada saatnya kita berkumpul di dalam keluarga, ketika orang tua pulang dari bekerja, kemudian melihat putra-putrinya yang sehat, lucu, taat pada orang tua, sopan santun dan sifat-sifat baik yang lainnya, rasanya kita tidak merasa capek, meskipun seharian bekerja. Bisa makan bersama-sama, sholat berjama’ah, melihat televisi bersama, bercanda gurau menjadi obat lelah bagi keluarga. Hal tersebut tentu tidak terjadi, ketika salah satu dari anggota keluarga berada di luar rumah, termasuk seorang ibu yang menjadi TKW. Oleh karena itu wajar, jika anak-anak mencari rekreasi di tempat lain, jika fungsi keluarga sebagai tempat rekreasi disfungsional.

·         Keluarga sebagai pusat pemenuhan kebutuhan lahiriyah dan batiniyah.

Kita ketahui bahwa salah satu fungsi keluarga khususnya suami istri adalah pemenuhan kebutuhan biologis atau hubungan suami istri, kebutuhan ini adalah kebutuhan lahiriyah sekaligus batiniyah. Kebahagiaan keluarga dalam teori sosiologi ada teori fungsional, dimana keluarga adalah sebagai sebuah system dan apabila dalam system itu ada bagian yang tidak berfungsi, maka terjadilah disfungsional dalam keluarga yang mengakibatkan kurang harmonisnya keluarga bahkan tidak jarang terjadinya perceraian. Sebagai contoh apabila istri bekerja di luar negeri, maka fungsi pemenuhan biologis itu tidak bisa terjadi. Sebagai akibatnya banyak suami yang serong, demikian juga dengan istri yang berada di luar negeri, bisa juga berbuat demikian. Oleh karena itu terjadinya perceraian dan gugat cerai atau istri yang menggugat cerai suami adalah hal yang wajar, sebagai dampak negative berpisahnya suami-istri lantaran pekerjaan.

·         Keluarga sebagai pusat kasih sayang.

Dalam bahasa agama tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keluarga yang sakinah, mawwadah, warohmah yaitu keluarga yang mendapatkan ketentraman hati, saling cinta- mencintai dan saling saying- menyayangi. Seiring dengan perkembangan usia perkawinan, maka hubungan biologis yang menyebabkan kita saling cinta-mencintai akan semakin berkurang, maka pada umur-umur perak maupun umur emas dari perkawinan lebih banyak muncul sikap saling sayang dan menyayangi antara suami istri, dorongan agamalah yang mempererat dan memperkuat ikatan perkawinan, disamping tentunya kerukunan. Rasa kasih sayang harus selalu ada pada suami-istri, jika ingin perkawinannya langgeng sampai akhir hayat. Kasih sayang juga harus kita lakukan antara orang tua dan anak begitupun juga sebaliknya antara anak dan orang tua. Demikian juga antara adik dengan kakak, antara anak dengan orang tua, menantu dengan mertua. Jika hal itu dapat kita laksanakan, maka bahtera rumah tangga seseorang akan mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Rasa kasih sayang harus selalu kita jaga dan kita pupuk, sebab bisa terjadi kasih sayang itu surut bahkan hilang sama sekali. Hal itu bisa terjadi, karena saling tidak memahami fungsi-fungsi di dalam keluarga, suami atau istri yang bekerja di luar rumah dan jarang bertemu seperti menjadi TKW bisa menyebabkan lunturnya kasih sayang, jika tidak ad komunikasi, demikian juga antara orang tua dengan anak yang tidak pernah ada komunikasi.

·         Keluarga sebagai pusat ekonomi.

Kebahagiaan keluarga tidak dapat lepas dari terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga, sebab kafakiran menyebabkan kekufuran. Ekonomi keluarga sangat menentukan keharmonisan keluarga, meskipun bukan segala-galanya. Kondisi zaman yang menuntut kebutuhan keluarga samakin besar. Beberapa alasan yang menyebabkan seseorang pergi ke luar negeri atau bekerja di luar pulau adalah masalah ekonomi. Namun kadang-kadang tujuan yang mulia ini ada juga dampak negatifnya, jika semua anggota keluarga tidak menyadari. Meski ada fungsi-fungsi keluarga yang tidak dapat dilakukan jika seseorang baik suami-istri bekerja jauh dari keluarga.



Masih banyak fungsi-fungsi keluarga yang harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, jika seseorang menginginkan keutuhan dalam berumah tangga. Oleh karena itu semua pihak tentu berkepentingan agar keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat tetap bertahan menghadapi problem-problem dan tantangan hidup yang semakin hedonis dan matrealis. Untuk itu pengetahuan, pemahaman dan sosialisasi tentang fungsi keluarga sangat diperlukan, jika kita semua menginginkan keutuhan keluarga di zaman modern ini.    






Sumber










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Standar Etika Profesi Di Indonesia Dengan Luar Negeri

PENGALAMAN BERORGANISASI

LOOKING FOR ALIBRANDI - MENCARI JATI DIRI